Keadaanyang demikian sangat memprihatinkan dan perlu perhatian khusus, karena mereka adalah generasi penerus bangsa yang akan meneruskan perjuangan-perjuangan generasi tua membangun bangsa Indonesia. Namun jika sebelum tiba waktu mereka untuk turut serta dalam pembangunan bangsa ini, akhlak dan moral mereka sudah rusak. Jikabelajar dari Rusia era Uni Soviet, sistem pendidikan di negara itu dirancang untuk melahirkan kader bangsa dengan tiga ciri penting: bertanggung jawab, memikul wewenang dan berani , sementara sistem pendidikan di Indonesia adalah dalam usaha menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Kesetiaanini pun harus terwujud dalam konsistensi menggerakkan perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan begitu, cita-cita kebebasan, kemanusiaan, dan keadilan sebagai hilir dari semua cita-cita bangsa Indonesia, cepat atau lambat akan segera tercapai. Kata Kunci: Nasionalisme; Pendidikan; Ruang Perubahan Sosial Citacita bangsa Indonesia adalah masyarakat adil makmur aman dan sentosa atau masyarakat "Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Tentrem Kerta Raharja atau masyarakat Baldatun toyibatun Warobun Gafur." yang diperkirakan tercapai dalam lima atau enam Pelita. Ditegaskan bahwa untuk dicapai dalam lima Pelita diusahakan agar dalam Pelita Keempat Pendidikannasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia yang berdasarkan pada pancasila dan undang-undang 1945. Jika pendidikan agama (islam) tidak diberikan, berarti tujuan pendidikan nasional tidak akan pernah tercapai secara maksimal, karena ada sebagian siswa, khususnya yang berada pada satuan pendidikan harga motor supra x 125 karbu bekas. › Humaniora›Pendidikan Belum Mewujudkan... Pendidikan nasional belum mewujudkan cita-cita mencerdaskan bangsa. Pendidikan pascareformasi justru dirasa semakin mahal dan belum berkeadilan. Oleh ESTER LINCE NAPITUPULU 4 menit baca KOMPAS/ ESTER LINCE NAPITUPULUSuasana peluncuran buku berjudul Pendidikan Rusak-rusakan edisi revisi yang ditulis pemerhati pendidikan Darmaningtyas kiri di Jakarta, Kamis 4/8/2022. Pendidikan pascareformasi dinilai belum mewujudkan cita-cita konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan KOMPAS — Pendidikan Indonesia belum mengarah pada cita-cita konstitusi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bahkan, pascareformasi pendidikan dinilai rusak-rusakan akibat komersialisasi, liberalisasi, dan politisasi pendidikan di Yayasan Suluh Nuswantara Bakti Pontjo Sutowo dalam acara bedah buku bertajuk Pendidikan Rusak-Rusakan di Jakarta, Kamis 4/8/2022, mengatakan, tugas konstitusi pemerintah dalam pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena itu, negara harus hadir untuk pembangunan pendidikan nasional berkualitas dan berkeadilan. ”Mengutip dari Daoed Joesoef, ada dua cara untuk melumpuhkan suatu negara yakni dengan konflik berkepanjangan dan pendidikan anak bangsa yang diabaikan," kata pendidikan Darmaningtyas menuliskan kondisi pendidikan Indonesia itu dalam buku berjudul "Pendidikan Rusak-rusakan" Edisi Revisi. Di edisi revisi kondisi pendidikan yang disorot dari tahun 1998 hingga saat ini atau pascareformasi. Darmaningtyas mengatakan, pendidikan dasar, menengah, hingga tinggi berkualitas justru semakin mahal. Padahal, pendidikan jadi salah satu cara untuk mobilitas juga Kesenjangan Mutu dalam Rapor Pendidikan Indonesia"Di pendidikan dasar hingga menengah, komersialisasi dan kapitalisasi, serta politissasi guru oleh pemda menyebabkan disorientasi arah pendidikan. Desentralisasi pendidikan belum membawa makna berarti untuk kualitas pendidikan," kata perguruan tinggi, justru komersialisasi, privatisasi, liberalisasi, dan orientasi pada gelar. Pengelolaan kampus di PTN yang berstatus badan hukum seperti bisnis. Berkuliah makin mahal."Yang terasa juga politisasi dan proses agamanisasi di lingkungan pendidikan yang mengancam keberagaman di negeri ini," ujar LINCE NAPITUPULUPelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemdikbudristek, Nizam kedua dari kiri, memantau pelaksanaan UTBK tahun 2022 di kampus UI di Salemba, Jakarta Pusat, Rabu 18/5/2022.Otonomi daerah yang diharapkan menjadi jembatan untuk mempercepat pemerataan, kenyataannya justru menciptakan kesenjangan. Ada pemda yang berkomitmen kuat pada kemajuan pendidikan di daerahnya dan ada yang Darmaningtyas, masih ada ketidakadilan dalam memajukan pendidikan di sekolah-sekolah. Ada sekolah favorit yang diperlakukan istimewa dengan kucuran anggaran yang besar. Sementara sekolah pinggiran mendapatkan dukungan yang di Indonesia dirasakan semakin mahal. Padahal, ada tugas negara untuk menggunakan pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa"Kita memang tetap butuh sekolah yang mampu mendukung daya saing anak bangsa di dunia. Untuk itu, pendidikan berkualitas tinggi memang butuh biaya besar. Namun, harus ada juga perhatian yang sama besarnya untuk membuat sekolah pinggiran juga punya kualitas yang baik," kata SRI KUMOROSiswa SD Negeri Malasari 01 mengoperasikan komputer jinjing atau laptop di ruang kelas di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Bogor, Jawa Barat, Sabtu 9/4/2022. Pemerataan konektivitas digital bagi siswa sekolah sebenarnya bisa menjadi salah satu cara dalam memangkas kesenjangan kualitas menilai, kebijakan pendidikan di bawah Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim sering gonta-ganti tidak jelas. Kebijakan hanya ganti nama namun tidak mengubah esensi. Seperti sekolah penggerak yang dinilai sebagai ganti rintisan sekolah bertaraf internasional. Ada juga guru penggerak yang membuat pelatihan guru tetap juga terbatas."Tata kelolanya tertutup. Salah satunya, penyusunan RUU Sistem Pendidikan Nasional. Begitu diprotes dikatakan baru tahapan, tapi kok sudah disosialisasikan," ujar juga Masih Tahap Awal, Diskusi RUU Sistem Pendidikan Nasional Sudah MenghangatSusetya Herawati, Penggiat Budaya Yayasan Suluh Nuswantara Bakti mengatakan, pendidikan di Indonesia dirasakan semakin mahal. Padahal, ada tugas negara untuk menggunakan pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. "Tapi sekarang di PTN ada jalur mandiri, biaya kuliah semakin mahal," kata kata Susetya, tidak hanya untuk menguatkan keilmuan anak bangsa. Ada peran untuk pembentukan karakter bangsa guna mengukuhkan kebangsaan yang berkeadilanSementara itu, Ketua Yayasan Cahaya Guru Henny Supolo mengatakan, hakekat pendidikan berkeadilan masih jauh dari kenyataan. Pendidikan kian eksklusif untuk kelompok kaya. Pendidikan hanya sebagai alat reproduksi kelas A HANDOKOPelajar Sekolah Menengah Pertama Negeri I Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, pulang melalui jalan baru menuju perbatasan Indonesia-Negara Bagian Serawak, Malaysia Selasa 9/8. Sejak dibuka jalan antara Sambas dan Sajingan Besar sejauh 87 kilometer pada 2002, ekonomi masyarakat perbatasan Sambas terus meningkat sehingga turut mendongkrak aktivitas dan kualitas pendidikan."Realitas ini mengerikan. Karena pada saat yang sama, potensi anak bangsa dipersempit. Fungsi pendidikan untuk mengubah nasib masyarakat jadi semakin jauh," ujar Puti Sarasvati, Dosen Universitas Sampoerna Jakarta mengatakan, terkait isu guru, penting untuk mewujudkan otonomi guru. "Otonomi guru itu seperti cita-cita profesi di bidang kesehatan. Seperti dokter dapat menetukan obat dan kapan jadwal operasi pasien. Namun, hal itu butuh sosok guru profesional," kata juga Pelatihan dan Otonomi Guru Menjadi KunciMembentuk guru profesional butuh modal sebagai manusia yang cerdas dan berkarakter, modal sosial dengan lingkungan kerja yang mendukung guru untuk berkembang, serta modal decisional yang membuat guru mampu mengambil keputusan tepat."Namun, dari studi kami, bagaimana guru-guru SD belajar mengajar, penguatan yang seharusnya sudah dari pendidikan guru di LPTK atau pre-service, nyatanya belum kuat," kata Dhitta yang aktif membantu pelatihan guru SD dalam pembelajaran matematika dan membaca. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Beasiswa Pendidikan Indonesia Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yang selanjutnya disebut BPI Kemendikbudristek, adalah program beasiswa Pemerintah Indonesia yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan LPDP. BPI Kemendikbudristek terdiri dari program beasiswa bergelar degree dan non-gelar non-degree. Semua jenis program beasiswa bergelar jenjang D4/S1, S2, dan S3 untuk perguruan tinggi dalam dan luar negeri dilaksanakan oleh Balai Pembiayaan Pendidikan Tinggi BPPT Kemendikbudristek telah diluncurkan pada tanggal 22 April 2021 oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Bapak Nadiem Anwar Makarim, sebagai episode ke-10 dari Kebijakan Merdeka Belajar. BPI Kemendikbudristek khususnya program bergelar S1, S2 dan S3. Beasiswa Pendidikan Indonesia Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi BPI Kemendikbudristek Bergelar bertujuan untuk meningkatkan kualifikasi calon Guru Sekolah Menengah Kejuruan, Pelaku Budaya, calon Dosen Perguruan Tinggi Negeri baru, Dosen, Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi negeri, membantu Peserta Didik berprestasi dan mahasiswa penghuni Asrama Mahasiswa Nusantara untuk mendapatkan gelar pendidikan tinggi, dan membantu Warga Negara Indonesia dalam menempuh pendidikan di luar negeri. BPI sendiri memliki tagline yaitu "Bhakti Kami untuk Edukasi". Logo BPI sekarang sumber Pembukaan Beasiswa Pendidikan Indonesia tahun 2023 dilaksanakan bertepat dengan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2023. Pembukaan dilaksanakan melalui Channel Youtube Puslapdik Kemendikbud RI. Webinar pembukaan ini diisi oleh beberapa narasumber yaitu Bapak Nadiem Anwar Makarim Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Ibu Suharti Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, dan Bapak Anton Rahmadi Kepala Balai Pembiayaan Pendidikan Tinggi, serta Bu Ratna Prabandari Kasubbag Umum Balai Pembiayaan Pendidikan Tinggi selaku MC pada pembukaan beasiswa pertama adalah Ibu Suharti Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek. Beliau menyampaikan bahwa pembangunan SDM adalah prioritas pemerintah Indonesia. Dalam pelaksanaannya pemerintah menyusun perencanaan dengan target-targetnya secara jelas mengalokasikan anggaran untuk digunakan secara tepat sasaran dan juga memastikan hasilnya bisa dinikmati oleh masyarakat luas melanjutkan estafet pembangunan. Beliau juga menyampaikan bahwa komponen Beasiswa Pendidikan Indonesia terdiri atas tiga komponen besar, yang pertama adalah dana Pendidikan, kedua adalah dana pendukung, dan ketiga adalah biaya pendukung khusus untuk penyandang disabilitas. Awardee BPI Unair 2022 sumber Selanjutnya, narasumber kedua yaitu Bapak Nadiem Anwar Makarim Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyampaikan bahwa dengan BPI ini cita-cita untuk membawa bangsa dan negara ini melompat ke masa depan hanya akan tercapai jika mendapatkan kesempatan yang setara untuk menuntut ilmu dan Kemendikbudristik terus berupaya memberikan dukungan pendanaan pendidikan melalui beragam program beasiswa salah satunya Beasiswa Pendidikan Indonesia atau hanya melanjutkan program tersebut pihak kementerian juga menambah dan memperluas jalur penerimaan beasiswa agar dapat merangkul lebih banyak saat ini. BPI telah bersedia untuk para calon mahasiswa jenjang S1 sampai dengan S3 di samping itu untuk pendidikan ke sarjanaan dan keprofesian BPI juga tersedia untuk pendidikan non gelar. Berkat perluasan program beasiswa ini jumlah penerima BPI dari tahun ke tahun terus meningkat pada tahun 2021 memberikan dukungan pendanaan untuk lebih dari 2000 penerima beasiswa yang pada 2022 jumlahnya meningkat dua kali lipat menjadi 4000 penerimanya meliputi pelajar berprestasi pelaku budaya, guru tenaga Pendidikan, serta dosen yang mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di kampus-kampus unggulan di dalam negeri dan di luar negeri. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Adjat Wiratma Jurnalis dan Praktisi Pendidikan Saat ini kita masuk dalam era yang menuntut bangsa-bangsa di dunia bersaing secara global. Disertai perkembangan teknologi yang semakin canggih, dunia kini masuk ke era revolusi industri, tidak lagi sejumlah negara maju bahkan sudah bicara Demikian pula Indonesia, terus berusaha menemukan jati dirinya sebagai bangsa yang bebas, cerdas, maju, dan mandiri sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Cita-cita kemerdekaan itu adalah tanggung jawab bersama, dan hanya dapat terwujud jika Indonesia menjadi bangsa yang sadar potensi dan memiliki manusia yang unggul, dan pendidikan harus menjadi modal utama. Di tengah ingar-bingar percaturan politik jelang Pemilu 2019 pada 17 April, sedikit sekali terdengar politisi bicara soal pendidikan. Memberikan perhatian pada pendidikan sekali pun penting, namun tidak "seksi" secara politik elektoral. Pembangunan pendidikan adalah investasi jangka panjang yang hasilnya tidak dapat terlihat dalam waktu dekat. Berbeda dengan membangun infrastruktur, yang dalam satu atau dua tahun dapat dilihat wujudnya, sementara pendidikan butuh waktu puluhan tahun untuk melihat hasilnya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk membentuk manusia yang memiliki kecakapan praktis dan dapat memecahkan masalah sehari-hari dengan baik, dengan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia. Pendidikan adalah fondasi yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, serta memastikan berjalannya roda ekonomi dan sosial. Dengan pendidikan yang baik, ekonomi masyarakat akan meningkat, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan juga membaik. Negara-negara maju memiliki perhatian terhadap pembangunan sektor pendidikan yang sangat besar misalnya soal komitmen politik anggaran sektor pendidikan. Kalaupun ada yang mengatakan APBN kita sudah mengalokasikan 20% untuk pendidikan, faktanya masih habis untuk membayar gaji dan perbaikan sarana yang rusak, belum mengarah pada peningkatan kualitas. Badan Pusat Statistik BPS mencatat jumlah angka pengangguran di Indonesia per Agustus 2018 yang mencapai 7 juta orang. Angka tersebut setara dengan 5,34% dari jumlah angkatan kerja di Indonesia yang tercatat sebesar 131,01 juta orang. Ironisnya, penyumbang angka pengangguran paling banyak adalah lulusan sekolah menengah kejuruan SMK, atau dalam arti lain adalah para lulusan yang sudah menyelesaikan jenjang pendidikan menengah atas, 12 tahun bersekolah. Di luar angka itu, jumlah pengangguran jebolan kampus juga masih tinggi. Peringkat pendidikan Indonesia harus diakui masih kalah dibandingkan negara-negara di ASEAN, sebut saja Vietnam. Dengan anggaran yang cukup besar Rp416 triliun atau sebesar 20% APBN, ternyata belum membuat pendidikan Indonesia naik peringkat, padahal angka anggaran itu tak jauh berbeda dengan besaran anggaran pendidikan Vietnam. Tidak heran jika beberapa waktu lalu Menteri Keuangan Sri Mulyani menyoroti dunia pendidikan di Tanah Air. Sri Mulyani juga menyoroti kinerja guru di Indonesia, dari data 4 juta guru yang setiap tahunnya dibayar pemerintah, kinerjanya masih banyak yang tidak kompeten. Visi-Misi Capres-Cawapres Jika mengintip visi-misi pasangan calon presiden dan wakil presiden yang berkontestasi di Pilpres 2019, keduanya punya perhatian pada pendidikan. Masalahnya, visi dan misi milik siapa yang lebih implementatif serta dinilai akan membawa perubahan besar. Dari uraian misi yang disampaikan pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin, pada urutan pertama pasangan ini menuliskan tentang peningkatan kualitas manusia Indonesia, yang salah satunya adalah mengembangkan reformasi sistem pendidikan. Pasangan nomor urut 01 ini dalam banyak kesempatan mengatakan akan melakukan pembangunan sumber daya manusia besar-besaran. Terdengar menarik, namun butuh penjabaran yang konkret. Sementara pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno menempatkan misi membangun masyarakat Indonesia yang cerdas di poin kedua. Di mana dari puluhan program aksi, beberapa di antaranya membahas masalah pendidikan. Sayangnya, sejumlah misi yang dijabarkan itu terdengar "usang" atau program-program yang sudah lama menjadi bagian dari pembangunan pendidikan nasional selama ini misalnya saja soal Wajib Belajar 12 Tahun. Pembangunan Berbasis Pengetahuan Jepang adalah negara Asia pertama yang menjadi pelopor pembangunan perekonomian berbasis ilmu pengetahuan, menyusul setelah Jepang adalah negara-negara Asia Timur seperti Singapura, China, Hong Kong, dan Korea Selatan. Tidak diragukan lagi, Korea punya komitmen yang kuat dalam membangun pendidikan. Langkah ekspansif dilakukan Pemerintah Korea Selatan antara 1960 dan 1990-an dengan memperluas akses pendidikan bagi segenap warga negara. Jika Indonesia baru memulai wajib belajar pada 1984, mereka sudah memulainya sejak 1965. Dalam perkembangannya, mereka menyadari bahwa pendidikan dasar merupakan bagian dari public good. Mereka mengalokasikan anggaran lebih besar untuk pendidikan dasar dibandingkan level menengah dan tinggi. Setiap negara punya faktor-faktor perbedaan budaya, struktur masyarakat, dan sebagainya, termasuk Indonesia, sehingga tidak serta-merta semua yang diterapkan di negara-negara lain itu bisa di-copy paste untuk diterapkan di Tanah Air, negara ini harus mentransformasi dirinya sendiri. Strategi Pembangunan Pendidikan Dibutuhkan strategi yang utuh menuju Indonesia Maju dan Menang dalam persaingan global. Tentu ini bisa dicapai melalui pembangunan pendidikan di antaranya dalam peningkatan pemerataan kesempatan pendidikan. Semua warga negara diberikan akses pendidikan yang sama. Meski sudah ada KIP, tapi masih ada anak warga marginal yang kesulitan mendapatkan layanan pendidikan karena urusan administrasi kependudukan seperti tidak punya KTP domisili dan akta kelahiran. Layanan pendidikan juga termasuk menyediakan guru berkualitas untuk semua sekolah di mana pun berada sehingga guru-guru berkualitas tidak hanya bisa ditemukan di sekolah-sekolah yang berada di kota besar. Selanjutnya tentang peningkatan relevansi pendidikan dengan pembangunan. Salah satu konsep yang digunakan adalah link and match antara materi ajar dengan kebutuhan di lapangan. Hal ini untuk menjawab tingginya angka pengangguran lulusan sekolah. Salah satu yang mendesak adalah implementasi kewirausahaan pada tingkat pendidikan menengah dan atas, hingga dengan sendirinya akan mendorong para lulusan untuk tidak bersikap pasif dan putus asa saat tidak mampu melanjutkan pendidikan, tetapi akan terangsang untuk mencari berbagai alternatif yang bisa mereka lakukan. Strategi berikutnya adalah fokus pada peningkatan kualitas pendidikan. Penerapan strategi ini harus dimulai pada jenjang PAUD, TK, SD, hingga SMA/SMK. Pengelolaan pendidikan sudah tidak berfokus pada aspek kuantitas, namun berfokus pada aspek kualitas. Profesionalisme Guru Dalam manajemen pendidikan, guru memiliki peran penting dalam menentukan output pendidikan. Peran sentral itu berkaitan dengan tugas guru mentransfer ilmu pengetahuan, yang memberikan pengaruh pada cara berpikir, bersikap, dan berprilaku peserta didik. Dengan perkembangan global sekarang ini, tugas dan pekerjaan guru pun semakin berat. Masih banyak guru yang menunjukkan tidak mau mengembangkan diri. Misalnya kurang memahami administrasi sekolah, guru belum memahami bagaimana mengelola kelas dengan baik, guru kurang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, dan jiwa kewirausahaan guru juga rendah. Selain soal prilaku guru, hal lain yang juga mendera guru saat ini adalah tentang kesejahteraan mereka. Hal yang mendesak bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah melakukan langkah konkret dalam meningkatkan kualitas dan kompetensi guru dengan membuat pemetaan standar guru di Indonesia. Banyak kebijakan dan program strategis yang dapat dikembangkan pemerintah untuk menjawab tantangan yang berkembang sekarang. Masalah pendidikan ini tentu bukan hanya ditujukan kepada capres, cawapres, menteri, tapi juga para anggota DPR, caleg, dan stakeholder. Jangan sampai, semua seolah tertelan masalah politik kekuasaan semata. Mengingatkan kembali bahwa salah satu cita-cita bangsa Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, bidang pendidikan memegang peranan penting. Siapa pun capres-cawapres yang terpilih nanti harus mempunyai komitmen yang besar memajukan pendidikan Indonesia.rhs Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Salah satu cita cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdasakan kehidupan bangsa. Menarik melihat harapan bangsa Indonesia kedepan, ini bukan hanya sekedar cita cita namun ini merupakan suatu hal yang harus direalisasikan. Indonesia pada dasarnya memiliki potensi besar, namun selama ini yang menjadi permasalahan adalah paradigma pendidikan Indonesia yang masih menidurkan potensi kita dengar dan kita lihat orang tua kita, ketika anaknya melakukan kesalahan atau berbuat yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, mereka secara tidak sadar mengatakan kepada anak tersebut "bodoh". Mereka tidak tahu makna kata "bodoh" itu ketika dilontarakan dan ditujukan kepada anak justru mendoktrin perbuatan si anak. Secara tidak langsung kata kata itulah yang membuat mainsett anak-anak rusak. Dengan perkataan yang tidak pantas seperti itu akan membuat semangat anak akan down. Mereka akan kehilangan motivasi untuk melakukan setiap aktivitas yang mereka senangi. Penghrgaaan kepada mereka dalam bentuk apapun, akan sangat berguna bagi tumbuh kembang mereka. Entah itu pekerjaan yang ringan maupun pekerjaan yang tidak seharusnya dilakukan anak-anak. Mulai membiasakan diri untuk memberikan penghaargaan dalam bentuk apapun untuk setiap hasil karya orang lain sangat baik untuk perkembangan kreativitas orang lain. Cukup dengan pujian sederhana misalnya "wah bagus sekali nak...kalau bisa ditingkatkan lagi ya.." perkataan seperti itu akan membuat semangat anak tumbuh dan akan membuata anak merasa diharagai dan akan terus melakukan kegiatannya dan bahkan akan berkembang secara kontinyu. Perilaku ini harus diubah, anak Indonesia mempunyai potensi besar yang akan berpengaruh terhadap peradaban global. Inilah pendidikan yang berkarakter intelektual, contoh sederhana dalam membentuk karakter anak pendidikan tidak hanya sekedar mumpuni dalam aspek akademis, namun yang perlu diperhatikan untuk menjadi pendukung suksesnya pendidikan adalah pembangunan karakter character building bagi seluruh anak bangsa. Jangan sampai kita berhasil mendidik generasi bangsa berintelektual namun kita gagal dalam mengembalikan karakter akademis bangsa. Karakter penting diberikan kepada para intelektual bangsa agar kelak tidak menyalahgunakan kemampuan mereka. Pendidikan yang berkarakter harus direfleksikan dalam bentuk tata kelola pendidikan yang berkarakter bahwa seluruh putra bangsa mampu dengan mudah mengenyam pendidikan memang sudah banyak terealisasikan sekarang. Sekarang rakyat -yang bisa dikatakan- golongan menengah kebawah dapat dengan mudah untuk merasakan pendidikan. Ini memang harus dilakukan, namun satu hal yang perlu diperhatikan adalah character building seluruh insan terdidik harus dioptimalkan. Untuk apa, jangan sampai banyaknya putra bangsa yang terdidik hanya akan membawa beban bagi bangsa. Pembangunan karakter sangat penting agar suatu daya guna pendidikan dapat dirasakan manfaat nya dalam pembangunan nasional yang bersahaja dan pendidikan Indonesia, cerdas intelektual dan berkarakter dengan asas pekerti yang luhur. Pemerataan pendidikan adalah sebuah kewajiban dan kewajiban kita meluhurkan karakter bangsa melalui pendidikan. Salah satu masalah yang dialami negeri ini adalah krisis kepemimpinan, krisis yang sangat mengakar. Seperti macam korupsi yang menjadi isu terbesar beberapa tahun terakhir, serta perilaku para aktor aktor negara yang cenderung individualistik serta sudah terkontaminasi budaya hedonis. Disinilah peran peran lembaga seperti halnya KPK yang keberadaannya diharapkan mampu menuntasakan problem aktor aktor bangsa. 1 2 Lihat Pendidikan Selengkapnya Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pengaruh Sistem Pendidikan Terhadap Masa Depan Bangsa Indonesia merupakan salah satu Negara di Dunia yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan Dunia. Maju dan berkembangnya suatu Negara atau bangsa didorong oleh berbagai macam aspek, salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Factor pendukung dari majunya suatu Negara adalah sumber daya manusia yang mempuni dalam menjalankan suatu system kenagaraan dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimilki. Berkualitasnya sumber daya manusia di suatu Negara, mencerminkan berkualitasnya system Pengajaran dan Pendidikan di Negara tersebut. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan bagi manusia dalam hal mengembangkan dan membentuk suatu kepribadian seseorang. Pada masa Zaman penjajahan, tidak semua rakyat Indonesia mendapatkan haknya dalam hal pembelajaran dan pendidikan. Sehingga Pendidikan di Indonesi pada saat itu bergantung kepada Negara lain. Hal ini menimbulkan Semangat perjuangan para pahlawan bangsa untuk merdeka, dengan cita cita seluruh anak bangsa mendaptkan haknya dalam bidang pendidikan. Saat ini Negara Indonesia tergolong kedalam salah satu Negara berkembang yang ada di Dunia. Hal ini menyatakan, bahwa Indonesia masih banyak hal dan system yang perlu dibenahi. Dari data yang di kutip dari dalam situsnya Desember 2015. Indonesia menduduki peringkat 72 dari 77 Negara di dunia dalam bidang pendidikan. Hal ini menunjukan bahwa system pendidikan di Indonesia tertinggal dari banyaknya Negara maju di Dunia. Sejarah pendidikan mencatat bahwa Negara Indonesia merupakan salah satu Negara dengan kualitas pendidikan di Dunia, meskipun usaha pemeritah dalam hal pemertaan system pendidkan di Indonesia sudah dilakukan. Hampir seluruh kota di Indonesia medapatkan fasilitas pendidikan yang sangat baik, terlebih dalam bidang teknologi, sebagian sekolah di kota kota besar di Indonesia sudang melakukan system pembelajarannya menggunakan teknologi-teknologi seperti Komputer/laptop, hp, proyektor, wifi, dll. Namun hal ini sangat disayangkan, karena semua fasilitas tersebut hanya didapatkan di kota kota besar saja. Pendidikan saat ini secara umum mungkin sudah dilakukan hampir diseluruh wilayah Indonesia. Namun di beberapa daerah di pelosok Nusantara masih Buta akan Hal pendidikan. Berikut ini beberapa factor masih membelenggunya pendidikan di dan prasarana pendidikan yang tidak merata Sarana dan prasaran dalam Dunia pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kefeltifan belajar siswa. Tidak meratanya saran dan prasarana ke seluruh wilayan di Indonesia, menjadi salah satu hambatan majunya pendidikan di Indonesia. Karena masih banyaknya wilayah dan sekolah di pedaseaan yang kurang atau bahkan tidak memilki fasilitas dalam pendidik atau guru yang belum mertaPeran seorang tenaga pendidik atau guru di Indonesia sangat lah minim. Terbukti dengan banyaknya sekolah yang kekurangan tenaga pendidik, terlebih di daerah pelosok negri ini. Banyak dari anak anak bangsa di pedalam negri yang sampai saat ini buta huruf. Hal ini sangat disayangkan, semangat belajar mereka dan easa haus mereka terhadap ilmu, harus mereka redam dikarnakan tidak adanya wadah untuk mereka belajar. Adapun tujuan dari pendidikan Indonesia saat ini sudah cukup mulia, seperti yang tertuang dalam Undang – Undang systempendidikan Nasional tahun 2003, yaitu membentuk pribadi manusia yang berakhlak dan bertaqwa kepada Allah SWT. Tetapi terlihat masih gugup di dalam Prosesnya, sehingga belum bias menemukan arah yang pasti untuk menuju kepada tujuan tersebut secara kompresif. Khamis, 2021 Saat ini, Indonesia membutuhkan sebuah terobosan system yang mengatur tentang bagaimana cara agar pemertaan kebutuhan dan hak semua anak bangsa dan bidang pendidikan dapat terpenuhi. Sehinggga akan terciptanya sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan kekayaan sumberdaya alam di Indonesia ini dengan semaksimal mungkin. Memperbanyak fasilitas belajar dan lebih menghargai perjuangan seorang guru bias menjadi salah satu upaya yang dapat di terapkan dalam masalah ini. Dengan memperbanyak fasilitas pembeljaran yang dapat di distribusikan ke pelosok – pelosok negri ini, akan mempermudah para siswa dalam melakukan pembeljaran. Lebih menghargai seorang guru dan memberikan apresiasi lebih kepada beliau semua, seperti halnya menaikan gaji para guru atau memberikan apresiasi kepeda mereka. Akan membuat banyaknya peminat dari anak muda yang ingin menjadi seorang tenaga pendidik di Indonesia ini. Sehingga akan terpenuhinya kebutuhan sekolah sekolah di pedalaman yang kurang akan tenaga pendidik. Mari sama-sama kita perbaiki system pendidikan di Negri tercinta ini dengan mendukung segala program pemerintah dan sadar akan pentingnya ilmu dan pendidikan bagi bangsa kita. Karna ini semua bukan hanya tanggung jawab Negara, namun tanggung jawab kita semua sebagai rakyat PUSTAKAKhamis, D. K. 2021, April 18. Pandangan dan Tantangan Pendidikan Indonesia. Retrieved juli 30, 2021, from pandangan-dan-tantangan-pendidikan-indonesia Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya

cita cita bangsa indonesia dalam bidang pendidikan akan tercapai jika